Maestrodua
Alon alon Weton Kelakon

Pages

Aku Kecanduan Internet?

18 September 2015



internet addiction


Aku kecanduan internet
Twiter facebook dan mbah google
Belum lagi youtube dan you ssst
Lalu situs-situs lainnya
Bangun tidur tidur lagi
Mencet sana mencet sini
Sudah nggak peduli lagi dengan yang lain

Kerjaan berantakan
Kewajiban melayang
Sakit pinggang leher dan mata
Duh kasihan deh aku
Ketawa-ketawa sendiri
Sedih-sedih, sedih sendiri
Marah-marah, marah sendiri, ya sendiri……
 

Itulah potongan lagu dari bang Iwan Fals yang berjudul Dajal Net. Terkadang ada benarnya lagu tersebut karena saya sendiri mengalaminya .


Kecanduan dalam kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan sebagai kejangkitan pada suatu kegemaran (hingga lupa hal-hal yang lain). Sedangkan dalam Medical-Dictionary kecanduan dikatakan sebagai ketergantungan yang menetap dan komplusif pada suatu prilaku atau zat.


Kecanduan juga bisa dipandang sebagai keterlibatan terus-menerus dengan sebuah zat atau aktivitas meskipun hal-hal tersebut mengakibatkan konsekuensi negatif. Kenikmatan dan kepuasanlah yang pada awalnya dicari, namun perlu keterlibatan selama beberapa waktu dengan zat atau aktivitas itu agar seseorang merasa normal.[1]


Menurut Lance Dodes dalam bukunya yang berjudul “The Heart of Aadiction” (dalam Yee, 2002) kecanduan sendiri ada dua jenis yang pertama Physical addiction yaitu kecanduan yang berhubungan dengan alkhohol atau kokain, dan yang kedua non-physical addiction yaitu kecanduan yang tidak melibatkan alkhohol maupun kokain, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa  kecanduan internet termasuk kecanduan non-physical addiction.


Istilah kecanduan  berkembang dengan berjalannya waktu dan kecanduan sendiri tidak hanya dikaitkan dengan zat atau obat-obatan terlarang namun kecanduan sendiri dapat berupa kecanduan teknologi (Internet).


Internet yang sering digeluti dan dipuja sebagai sebuah alat yang mampu menyediakan bebagai informasi dan hiburan serta alat canggih pembantu kesuksessan bisnis, ternyata dapat menimbulkan bahaya kecanduan (Komputek,1999a).


Sejak pemerintah mulai mengembangkan internet pada tahun 1980an, jumlah pengguna internet terus bertambah dan semakin meningkat. Pada tahun 2013 saja  71.19 juta pengguna internet di Indonesia, penetrasi internet di Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 28% dan pada tahun 2014 jumlah penetrasinya meningkat menjadi 34.9%.

 Akses internet pun semakin gampang tanpa menggunakan komputer, dari handphone yang biasa hingga smartphone dapat dengan mudah mengakses internet.

 Berdasarkan riset yang dilakukan APJII ( Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) pulau Jawa termasuk jumlah pengguna internet terbesar sebanyak 52 juta pengguna kemudian Pulau Sumatra 18,6 juta,  pulau Sulawesi 7,3 juta, Nusa Tenggara Papua & Maluku 5,9 juta Pulau, Pulau Kalimantan 4,2 juta.


Dan Mayoritas pengguna Internet di Indonesia berusia 18-25 tahun hampir setengah total jumlah pengguna internet di Indonesia (49%).

Jejaring internet tidak hanya bersifat menghubungkan, melainkan juga dapat menjadi perangkap bagi penggunanya.


David Greenfield menjelaskan mengapa internet mampu menghipnotis jutaan penggunanya. Internet sangat menarik karena memuat warna, gerakan suara, ketidakterbatasan informasi , dan kesegaran respons. Daya tarik internet juga berlangsung ketika kita tidak terhubung dengan internet. Orang yang memenuhi kriteria sebagai pecandu internet dalam survei ini memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk menemui orang yang dikenalnya pertama kali di internet[2]

Ada tiga hal utama yang menjadi pintu masuk keterlibatan seseorang dalam kecanduan internet, yakni pornografi, game online, dan jejaring social.


Seorang Psikolog sekaligus professor psikolog di University of Pittsburgh untuk menentukan apakah seseorang  sudah digolongkan sebagai pecandu . Sintom sebagai berikut[3]:
1. Pikiran pecandu internet terus-menerus terjadi pada aktivitas berinternet dan sulit untuk dibelokkan ke arah lain.
2. Adanya kecenderungan penggunaan waktu berinternet yang terus bertambah demi meraih tingkat kepuasan yang sama dengan yang pernah dirasakan sebelumnya.
3. Yang bersangkutan secara berulang gagal untuk mengontrol atau menghentikan penggunaan internet.
4. Adanya perasaan tidak nyaman, murung, atau cepat tersingung ketika bersangkutan berusaha menghentikan penggunaan internet.
Adanya kecenderungan untuk tetap on-line melebihi dari waktu yang ditargetkan. 
5. Penggunaan internet itu telah membawa resiko hilangnya relasi yang berarti, pekerjaan, kesempatan studi, dan karier. 
6. Penggunaan internet menyebabkan penggunaan membohongi keluarga, terapis, dan orang lain untuk menyembunyikan keterlibatannya berlebihan dengan internet. 
 7. Internet digunakan untuk melarikan diri dari masalah atau untuk meredakan perasaan-perasaan negatif seperti rasa bersalah, kecemasan, depresi, dan lain sebagainya.

  Apakah anda juga kecanduan internet?? jawabanya hanya ada dalam diri anda sendiri.














SUMBER:
http://arisciafals.blogspot.co.id/2013/09/iwan-fals-dajal-net.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kecanduan
PUSKAKOM dan APJII Profil Pengguna Internet Indonesia 2014
Jurnal Universitas Indonesia Hubungan antara Literature
Jurnal Psikologi Helly P. Soetjipto Pengujian Validitas Konstruk Kriteria Kecanduan Internet
Jurnal  Teologi dan Pelayanan  Heman Elia Kecanduan Berinternet dan Prinsip-Prinsip Untuk Menolong Pecandu Internet
Herlina Siwi Widiana, Sofia Retnowati, Rahma Hidayat Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet  
http://library.binus.ac.id Anonymous Bab 2 Landasan Teori
http://repository.usu.ac.id Landasan Teori
http://www.apjii.or.id
www.bandwidthplace.com


[1] ^ Jean Morrissey; Jenm; Brian Keogh; Louise Doyle (2008). Psychiatric Mental Health Nursing. Dekker. p. 289. ISBN 9780717144594.

[2] Rose Pike,”Log on, Tune In, Drop Out, “http://www.abcNews.com
[3] Kimberly S.Young dan Robert C. Rodgers, dari jurnal Heman Elia Kecanduan Berinternet dan Prinsip-Prinsip Untuk Menolong Pecandu Internet

No comments:

Powered by Blogger.
 

Blogger news

Most Reading