Maestrodua
Alon alon Weton Kelakon

Pages

Cuplikan Babad Jaka Tingkir

11 September 2015


Babad adalah sejenis teks dari Jawa dan Bali yang berhubungan dengan sejarah. Menurut sejarahwan M. C. Ricklefs, babad Jawa beragam dari segi ketepatan, namun sejumlah di antaranya dapat dianggap agak tepat dan sumber sejarah yang berarti[1]
Dalam KBBI offline 1.1 menyebutkan bahwa babad adalah Sastra kisahan berbahasa Jawa, Sunda, Bali, Sasak, dan Madura yg berisi peristiwa sejarah, cerita sejarah,  riwayat, sejarah, tambo, hikayat:  misalnya: Tanah Jawa
Pajang sendiri adalah nama sebuah kerajaan yang dipimppin oleh Jaka/Joko tingkir (Mas Karébét) pada tahun 1549-1582
Babad pajang adalah salinan dari Serat Babad Jaka Tingkir yang ditujukan untuk mengawali kehidupan ini agar selalu bertingkah laku baik.
Dibuat pada hari Minggu diawali penurunannya, bulan sapar tanggal 22 jam 11. Sangat bintang Mustari bersamaan tuan Jimawal windu Sancaya. Mangsa ketiga menurut hitungan bulan Jawa tanggal 16 ditandai sengkala “Sang Mahamuni Anata Goraning Rat” atau taun Jawa 1648.
Menurut hitungan tarikh Nabi ditandai dengan sengkalan “Pandhita Agung Sinembah ing Jagad kabeh” atau taun 1237. Bulan Agustus Masehi tanggal 23 ditandai sengkala “Trus Sinembah Sariraning Ratu”, Taun 1820.[2]
Diceritakan raja Majapahit yang terakhir adalah Prabu Brawijaya V konon berdirinya kerajaan Majapahit hingga 100 tahun lamanya dan Prabu Brawijaya V sewaktu kecil bernama Raden Alit.[3] Cerita ini dimulai sewaktu Prabu Brawijaya V meloloskan diri dari keraton Majapahit (Muksa, Musna tak diketahui kemana perginya masih hidup atau mati ).
Hilang dari manusapada (dunia) ini, beliau mempercepat ke lama muksapada (lawan kata dari manusapada), tiada karena “mati”, akan tetapi beliau musna beserta badanya[4]   
Konon orang yang mampu hilang dalam arti muksa atau musna tidak diketahui kemana perginya apakah mati atau hidup adalah orang yang mempunyai darah biru.
Prabu Brawijaya muksa beserta sepertiga punggawa Majapahit dan tergolong lanjut usia. sedangkan para pemuda diperintahkan untuk tetap tinggal di Negara Majapahit dengan harapan untuk meneruskan generasi berikutnya dan Prabu Brawijaya memerintahkan untukmasuk Agama Islam yang luhung itu. Awal masuknya Agama Islam di Majapahit dengan ditandai sengkalan “Sirna Ilang Kertaning Bumi” atau Hilang musna ketentraman dunia” atau tahun 1400 A.J. (1478 A.D.) [5] . pada waktu itu terbagi menjadi 3 daerah yaitu Benang, Giri, dan Demak. Adapun raja yang tertua pada waktu itu adalah Prabu Anyakrabumi atau jeng Sunan Benang, Juga disebut Sri Maharendra wadat (tidak beristri, membujang), juga bernama Sang Mahadimurti. Beliau adalah seorang Wali-Kutub Ghosul Alam Kutub  Rabani berkedudukan di Benang, beliau juga disebut Sang Adiningrat. Raja yang kedua masih ipar dari Raja yang pertama (Sunan Benang), bernama Prabu Satmata, juga disebut Kanjeng Sunan Giri, Ratu Tunggal, juga dinamakan Mustapa Purbaningrat, dinamakan juga Jeng Sunan Kutub Aotad. Beliau adalah pucuk Pemerintahan di seluruuh Tanah Jawa.
Untuk  kelanjutanya silahkan baca karya Moelyono Sastronaryatmo “Babad Jaka Tingkir” tahun 1981 di Perpustakaan - perpustakaan Nasional karena buku ini tidak diperjual belikan tebalnya 362.




[2] Sastronaryatmo Moelyono Babad Jaka Tingkir.
[3] Ibit hal 9
[4] Ibit hal 9
[5] Ibid hal 11

No comments:

Powered by Blogger.
 

Blogger news

Most Reading